Tim Satgas Covid-19 Sebut Libur Panjang Bisa Menjadi Pemicu Penyebaran Virus Corona

25 Desember 2020, 18:57 WIB
Ilustrasi Covid-19: Tim Satuan Tugas Covid-19 menyebut bahwa libur panjang bisa picu penyebaran secara cepat virus corona.* /Pixabay/mattthewafflecat

MANTRA PANDEGLANG – Ketua Satgas COVID-19 dr Wiku Adisasmito mengungkapkan mengenai libur panjang setidaknya bisa menjadi salah satu pemicu terjadinya kenaikan kasus penyebaran virus corona.

Karena libur panjang akan menyebabkan sejumlah masyarakat lupa akan kepatuhan pada protokol kesehatan serta berkurangnya jumlah pemeriksaan kesehatan.

Sehingga hal tersebut perlu diwaspadai terjadinya kenaikan kasus aktif bahkan tidak menutup kemungkinan penyebarannya akan semakin cepat hingga memicu kasus baru dalam jumlah besar.

Baca Juga: Sekda Ajak Warga Kota Tangerang Manfaatkan Lahan yang Ada untuk Bercocok Tanam

Baca Juga: Jemaat yang Lakukan Misa Natal di Geraja Rangkasbitung Banten Terapkan Protokol Kesahatan

Baca Juga: Jika Ingin Terhindar dari Sakit dan Santet, Bacalah Doa Ini Sesuai yang Diajarkan Rasulullah

"Kenaikan kasus aktif semakin cepat sehingga perlu diwaspadai. Libur panjang selalu memicu kasus baru dalam jumlah besar dan kepatuhan terhadap protokol kesehatan yang mengendor," kata Wiku melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat, seperti dikutip dari Antara.

Berdasarkan analisis terhadap sejumlah waktu libur panjang yang terjadi selama pandemi, terjadi peningkatan kasus positif COVID-19 yang cukup signifikan.

Pada periode Maret hingga Juli, saat ada libur panjang Idul Fitri pada 22 hingga 25 Mei, terjadi peningkatan kasus dari 1.107 menjadi 37.342 hanya dalam waktu empat bulan. Peningkatan kasus tersebut juga diikuti dengan peningkatan pemeriksaan spesimen mingguan hingga 50 persen.

Baca Juga: Waspada, Duduk Terlalu Lama Ternyata Berbahaya, Salah Satunya Dapat Picu Datangkan Penyakit Kanker

Baca Juga: Kadar Gula Darah Bisa Turun dengan Lakukan 9 Cara Ini, Simak Caranya

Sementara itu, pada Agustus hingga Oktober; ketika terjadi libur panjang pada 17, 20, hingga 23 Agustus; kasus aktif meningkat dari 39.354 menjadi 66.578 dalam tempo dua bulan. Pemeriksaan spesimen mingguan pada periode tersebut meningkat 40 persen, di sisi lain daerah yang tidak mematuhi protokol kesehatan juga meningkat dari 28,57 persen menjadi 37,12 persen.

Kenaikan tertinggi dalam waktu tersingkat terjadi pada periode November hingga Desember, ketika ada libur panjang pada 28 Oktober hingga 1 November. Kasus aktif meningkat dua kali lipat dari 54.804 menjadi 103.239 hanya dalam waktu sebulan, sementara pemeriksaan spesimen mingguan hanya meningkat 30 persen dan tingkat ketidakpatuhan daerah terhadap protokol kesehatan meningkat 48,01 persen.

"Dari data tersebut bisa disimpulkan kenaikan kasus aktif selalu diiringi dengan kenaikan ketidakpatuhan daerah terhadap protokol kesehatan dan selalu berawal dari momentum libur panjang," tutur Wiku.

Baca Juga: Pesawat Tempur Israel Terbang di Langit Beirut pada Malam Natal hingga Buat Ketakutan Warga

Baca Juga: Solusi Duduk Agar Terhindar dari Sakit Punggung, Pinggang dan Pundak Saat Bekerja, Simak Caranya

Wiku meminta masyarakat belajar dari peristiwa tersebut. Karena itu dia mengimbau seluruh pihak untuk terus menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

Protokol kesehatan yang ketat harus tetap dilakukan di mana saja, termasuk pada masa libur Natal dan Tahun Baru.

"Mari kita menjadi kelompok masyarakat yang berperan dalam menyelamatkan diri sendiri dan orang terdekat yang kita cintai dengan memilih untuk tidak bepergian dan menghindari kerumunan," katanya.***

Editor: Emis Suhendi

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler