Kabul Puji Rencana Joe Biden untuk Meninjau Kembali Kesepakatan Taliban

- 24 Januari 2021, 09:30 WIB
 Ilustrasi konflik Afghanistan.
Ilustrasi konflik Afghanistan. /PIXABAY/ArtTower

Juru bicara Mohib, Rahmatullah Andar, mengatakan kepada Arab News bahwa para pemimpin keamanan Afghanistan telah menekankan "gencatan senjata, perdamaian yang adil, Afghanistan yang demokratis, dan perlindungan keuntungan 20 tahun terakhir."

Taliban memerintah Afghanistan dari 1996 hingga kedatangan pasukan pimpinan AS pada 2001.

Andar mengatakan bahwa Afghanistan tetap berkomitmen pada "kemitraan dasar dengan AS," dan akan bekerja sama dengan Washington dalam keamanan, perdamaian, kontraterorisme dan keterlibatan regional.

Sementara itu, Taliban mengatakan bahwa mereka mengharapkan pemerintahan AS yang baru untuk tetap berpegang pada kesepakatan Februari.

"Permintaan Imarah Islam dari pemerintahan baru di Amerika merupakan implementasi penuh dari kesepakatan Doha," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid kepada Arab News.

“Perjanjian Doha adalah resep terbaik dan satu-satunya peta jalan untuk mengakhiri perang di Afghanistan dan untuk penarikan pasukan AS. Imarah Islam berkomitmen untuk perjanjian tersebut, ”katanya.

Baca Juga: 10 Dosa Besar Penyebab Rezeki Tersendat, Berikut Ini Penjelasannya

Berdasarkan kesepakatan itu, Taliban setuju untuk memutuskan hubungan dengan "kelompok teroris" dan menghentikan serangan terhadap pasukan pimpinan AS.
Pejabat administrasi Trump mengklaim bahwa tidak ada serangan oleh Taliban terhadap pasukan AS sejak penandatanganan kesepakatan.

Ribuan tentara AS telah pergi sejak Februari, dan hanya 2.500 yang tersisa di negara itu bersama dengan 30.000 kontraktor asing.

Analis Afghanistan terbagi atas implikasi dari pengumuman pemerintah AS.

Halaman:

Editor: Emis Suhendi

Sumber: Arab News


Tags

Terkait

Terkini

x