Bacaan Doa Malam Lailatul Qadar, Dapatkan Kemuliaan dan Keistimewaan dari Allah SAW

- 19 April 2022, 17:20 WIB
Tanda-tanda Datangnya Lailatul Qadar, Dapatkan Kemuliaan dan Keistimewaan dari Allah SAW
Tanda-tanda Datangnya Lailatul Qadar, Dapatkan Kemuliaan dan Keistimewaan dari Allah SAW /Pexels/ Michael Burrows/

MANTRA PANDEGLANG - Berikut ini bacaan doa datangnya malam Lailatul Qadar yang harus diketahui rahasianya oleh umat islam.

Lailatul Qadar adalah satu peristiwa anugerah dari Allah SWT bagi yang mendapatkannya.

Lailatul Qadar sangat sulit untuk ditemukan, karena hanya orang-orang pilihan yang bisa mendapatkannya.

Baca Juga: Tips Sehat Ramadhan 2022: 6 Manfaat Mengonsumsi Madu Saat Puasa, Meningkatkan Energi Salah Satunya

Akan tetapi, tanda-tanda terjadinya malam Lailatul Qadar ada dalam keterangan Rasulullah SAW.

Ketika seseorang mendapatkan Lailatul Qadar, Rasulullah SAW menganjurkan agar membaca doa yang telah beliau ajarkan.

Dikutip mantrapandeglang.com dari berbagai sumber, terdapat sebuah riwayat hadits yang menjelaskan doa pada malam lailatul qadar, berikut ini adalah hadits-Nya.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

Artinya, Dari Sayyidah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam, yaitu jika saja aku tahu bahwa suatu malam adalah malam lailatul qadar, lantas apa doa yang mesti kuucapkan?”

Baca Juga: Cara Membuat Risoles Ayam Untuk Cemilan Enak Untuk Buka Puasa Ramadhan 2022

"Jawab Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam, Berdoalah: ALLAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN TUHIBBUL ‘AFWA FA’FU ’ANNII"

Artinya: "Ya Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf menghapus kesalahan, karenanya maafkanlah aku hapuslah dosa-dosaku)”.

(HR. Tirmidzi, no. 3513 dan Ibnu Majah, no. 3850. Abu ‘Isa At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan sahih. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sahih).

Perbedaan Al-‘Afwu dan Al-Maghfirah, keduanya kalau mau diterjemahkan hampir sama, yaitu memohon ampunan Allah subhanahu wata’ala.

Baca Juga: Resep Kuliner Ramadhan 2022: Cara Membuat Brownies Coklat Kukus Ala Rumahan, Cocok Disantap Setelah Tarawih

Imam Abu Hamid Al-Ghazali rahimahullah mengatakan,

الْعَفوّ : هُوَ الَّذِي يمحو السَّيِّئَات ، ويتجاوز عَن الْمعاصِي ، وَهُوَ قريب من الغفور ، وَلكنه أبلغ مِنْهُ، فَإِن الغفران يُنبئ عَن السّتْر، وَالْعَفو يُنبئ عَن المحو، والمحو أبلغ من السّتْر

Artinya, “Al-‘afuwwu (Maha Memberikan Maaf) artinya Allah itu menghapuskan kesalahan-kesalahan dan memaafkan maksiat yang diperbuat.

Kata al-‘afuwwu (Maha Memberikan Maaf) dengan kata al-ghafur (Maha Pengampun) hampir semakna, namun makna al-‘afuwwu lebih luar biasa kandungannya.

Karena al-ghufraan (pengampunan dosa) yang dimaksud adalah menutupi dosa, sedangkan al-‘afwu yang dimaksud adalah menghapus dosa.

Menghapus dosa tentu saja lebih luar biasa kandungan maknanya dibanding dengan menutupi dosa.” (Al-Maqshad Al-Asna, halaman. 140).

Syekh Ibnu Rajab rahimahullah memberi penjelasan menarik, mengenai makna diatas, sebagai berikut:

و إنما أمر بسؤال العفو في ليلة القدر بعد الإجتهاد في الأعمال فيها و في ليالي العشر لأن العارفين يجتهدون في الأعمال ثم لا يرون لأنفسهم عملا صالحا و لا حالا و لا مقالا فيرجعون إلى سؤال العفو كحال المذنب المقصر

Artinya, “Sesungguhnya perintah memohon al-‘afwu (pemaafan, penghapusan dosa) pada malam lailatul qadar setelah kita bersungguh-sungguh beramal di dalamnya dan di 10 hari terakhir Ramadhan.

Ini semua agar kita tahu bahwa orang yang arif (cerdas) ketika sungguh-sungguh dalam beramal, ia tidak melihat amalan yang ia lakukan itu sempurna dari sisi amalan, keadaan, maupun ucapan.

Karenanya ia meminta kepada Allah al-‘afwu (pemaafan) seperti keadaan seseorang yang berbuat dosa dan merasa penuh kekurangan.”

Sayyidina Yahya bin Mu’adz radhiallahu’anhu pernah berkata,

ليس بعارف من لم يكن غاية أمله من الله العفو

Artinya, “Bukanlah orang yang arif (bijak) jika ia tidak pernah mengharap pemaafan (penghapusan dosa) dari Allah.” (Dinukil dari Lathaif Al-Ma’arif, halaman. 362-363).

Wallahu alam. ***

Editor: Ajeng R H


Tags

Terkait

Terkini