Peringatan Hari Kartini: Biografi RA Kartini Sang Penoreh Jejak Emansipasi Wanita Indonesia

- 21 April 2021, 00:31 WIB
Peringatan Hari Kartini: Biografi RA Kartini Sang Penoreh Jejak Emansipasi Wanita Indonesia
Peringatan Hari Kartini: Biografi RA Kartini Sang Penoreh Jejak Emansipasi Wanita Indonesia /Freepik.com/freepik

MANTRA PANDEGLANG - R.A. Kartini sosok pahlawan wanita Indonesia. Semua masyarakat tahu akan nama Kartini. Ia adalah wanita nan ayu yang begitu dipuja oleh kaum wanita Indonesia. Berkat jasanya wanita di negeri ini bisa merasakan kesamaan derajat (Emansipasi Wanita) dengan pria.

Raden Adjeng Kartini mengutarakan wanita tidak hanya berputar di sumur, kasur dan dapur. Landasan itulah yang dipegang teguh Kartini sehingga wanita Indonesia layak diperhitungkan.

Apa yang R.A. Kartini lakukan dan perjuangkan tentang hak wanita telah membuka lebar pintu emansipasi. Wanita kini memiliki peranan yang tak kalah penting bagi negeri ini. Bahkan wanita bisa menjadi kepala negara.

Baca Juga: Terbaru, Kode Redeem PUBG Hari Ini 20 April 2021: Buruan Klaim di pubgmobile.com, Berikut Caranya

Baca Juga: Spoiler One Piece Bab 1011: Alur Cerita Tentang Sanji vs Ratu Akan Bertarung

Untuk mengenal dan mengenang sosok pahlawan wanita Indonesia R.A. Kartini 21 April diperingati sebagai Hari Kartini sebagai penghargaan atas perjuangannya untuk wanita Indonesia.

Berikut ini adalah Biografi singkat R.A Kartini yang dilansir mantrapandeglang.com dari Gramedia.

Biodata R.A. Kartini
Nama Lengkap : Raden Adjeng Kartini
Alias : No Alias
Profesi : Pahlawan Nasional
Agama : Islam
Tempat Lahir : Jepara Jawa Tengah
Tanggal Lahir : Senin, 21 April 1879
Zodiac : Taurus
Warga Negara : Indonesia
Suami : R.M.A.A. Singgih Djojo Adhiningrat
Anak : R.M Soesalit

Biografi R.A Kartini

1. Biografi singkat: masa lahirnya Kartini
Biografi singkat R.A Kartini diawali dari sejak kelahirannya. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Beliau masih merupakan keluarga bangsawan Jawa. Itulah sebabnya gelar Raden Adjeng alias R.A disematkan padanya.

Sesuai dengan adat jawa yang masih melekat, Gelar bangsawan ini kemudian diganti menjadi Raden Ayu saat beliau menikah. Ayah Kartini bernama Raden Adipati Ario Sosroningrat putra dari Pangeran Ario Tjondro IV. Ibunda Kartini bernama M.A Ngasirah. Beliau sebenarnya istri pertama namun sayang, status itu tak membuatnya bisa menjadi istri utama.

Baca Juga: Spoiler One Piece Bab 1011: Alur Cerita Tentang Sanji vs Ratu Akan Bertarung

Baca Juga: Live Streaming Buku Harian Seorang Istri dan Love Story The Series Malam ini di SCTV 20 April 2021

M.A Ngasirah hanyalah gadis sederhana yang terlahir sebagai rakyat jelata . Beliau merupakan putri seorang kyai di Teluk Awur. Raden Adipati Ario Sosroningrat terlanjur jatuh hati padanya. Meskipun berbeda kasta, namun memang cinta tak bisa memilih.

Statusnya yang bukan berasal dari keluarga bangsawan melabrak aturan kolonial Belanda. Aturan yang diterapkan Belanda mengharuskan seorang bupati harus memilih keluarga bangsawan juga sebagai pasangannya saat menikah.

Hal ini tentu menyulitkan Ario untuk mengambil tampuk pimpinan sebagai bupati Jepara dengan istri pertamanya itu. Ario memutar otak agar posisi bupati tetap bisa dijabat tanpa harus melepas istri pertamanya.

Agar tetap bisa memenuhi aturan kolonial itu, Ayah Kartini juga menikahi Raden Adjeng Woerjan yang masih memiliki darah biru kerajaan Madura. Akhirnya Ayah Kartini bisa mengambil jatahnya untuk menjadi bupati setelah mematuhi aturan Belanda.

Tak lama dari pernikahan keduanya, Ario diangkat jadi Bupati jepara bersamaan dengan lahir putri kecilnya , Kartini. Ario mendapat 2 kebahagiaan sekaligus, yaitu jabatan dan keturunan.

2 Biografi R.A Kartini Masa Remaja
Beruntungnya Kartini memiliki Pangeran Ario Tjondro IV, bupati pertama Jepara yang merupakan kakeknya. Kakeknya ini ternyata sudah terbiasa memberikan pendidikan barat kepada anak-anaknya, sehingga cara pengajaran jauh dari kesan konservatif.

Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara (saudara kandung dan saudara tiri) ,namun Kartini merupakan anak perempuan tertua dari semua saudara sekandungnya.Karena pemikiran kakeknya yang sudah terbuka itu, maka Kartini memperoleh kesempatan untuk mengenyam pendidikan di sekolah di ELS (Europese Lagere School) saat usianya 12 tahun.

Baca Juga: LIVE STREAMING Indosiar LIDA Dangdut 2021 Top 42 Grup 2 Merah Selasa 20 April 2021: Link Nonton Gratis

Menimba ilmu di sekolah ini membuat beliau belajar Bahasa Belanda. Kecerdasan Kartini semakin terasah di dunia sekolah. Sayangnya keinginannya untuk sekolah tak bisa lama. Di usia 15 tahun Kartini harus menghentikan langkahnya ke sekolah.

RA Kartini harus tinggal di rumah karena sudah dipingit seperti wanita lain di masa itu. Kartini pun tak punya pilihan. Hal ini tentu membuatnya gundah gulana. Untunglah dia memiliki sahabat di negeri Belanda bernama Rosa Abendanon yang bisa diajak bertukar pikiran selama dipingit.

Pertukaran pikirannya dilakukan lewat surat menyurat. Kefasihannya dalam berbahasa Belanda memudahkan komunikasi 2 sahabat beda negara ini. Sebagai wanita cerdas, Kartini pun mempelajari juga pola pikir wanita Eropa. Surat kabar ,majalah bahkan buku dilalap habis.

Dari apa yang dibacanya,Kartini tahu bahwa kehidupan wanita Eropa,dengan wanita Indonesia sungguh berbeda di kala itu. Di Indonesia, wanita memiliki status yang rendah. Wanita Indonesia tak pernah mendapatkan persamaan, kebebasan, dan otonomi serta kesetaraan hukum.

Baca Juga: Live Streaming Buku Harian Seorang Istri dan Love Story The Series Malam ini di SCTV 20 April 2021

Kondisi itu membuat miris hati Kartini. Keinginan untuk memajukan nasib wanita pun tumbuh di hatinya. Kartini merasa tergugah dan bertekad untuk merubah nasib kaumnya. Tekadnya semakin lama semakin kuat.

3 Biografi Kartini Setelah berumah tangga, dan akhirnya tutup usia
Setelah dipingit dari usia 15 tahun , R.A Kartini akhirnya menikah pada usia 24 tahun . Tanggal 12 November 1903, K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat memperistrinya. Namun sayangnya Kartini bukanlah sebagai istri pertama, melainkan sebagai istri keempat dari Bupati Rembang tersebut.

Ternyata Suami Kartini bisa mengerti jalan pikiran Kartini . Suaminya pun mendukung keinginan Kartini untuk mendirikan sekolah wanita. Keinginan Kartini pun semakin menguat terpatri dalam sanubarinya. Dia tak dapat membendung lagi keinginan membebaskan para wanita.

Sayangnya, takdir berkata lain. Kartini tak bisa berjuang lebih lama dalam mengangkat harkat derajat wanita karena Kartini wafat di usia 25 tahun. 4 hari setelah melahirkan putra semata wayang, RM Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir pada tanggal 13 September 1904, Kartini menghembuskan nafas terakhirnya.

Baca Juga: LIVE STREAMING Indosiar LIDA Dangdut 2021 Top 42 Grup 2 Merah Selasa 20 April 2021: Link Nonton Gratis

Kematian Kartini cukup mengejutkan karena selama masa hamil dan melahirkan Kartini tampak sehat walafiat. Tak ada yang menyangka jika Kartini akan wafat di usia muda. Banyak mimpinya yang belum sempat tercapai tentunya.

Untunglah 8 tahun kemudian, tepat di tahun 1912, Sekolah Kartini dibangun yang oleh Yayasan Kartini di Semarang. Adalah oleh keluarga Van Deventer, tokoh Politik Etis kala itu yang menggagas Pembangunan sekolah tersebut . Tak lama pembangunan pun tersebar Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan beberapa daerah lain.

4. Surat-surat Yang dibuat R.A. Kartini
Tak disangka surat-surat Kartini pada sahabat-sahabatnya di Belanda berhasil dikumpulkan oleh Jacques Henrij (J.H) Abendanon . J.H Abendanon merupakan suami salah satu sahabat penanya Kartini, Rosa Abendanon. Merekalah yang biasa dikirim surat oleh Kartini. Pada merekalah Kartini biasa menyampaikan tulisannya.

Sekitar 115 surat yang terkumpul. Surat- surat itu adalah curahan hati Kartini kepada para sahabatnya, antara lain:
• Estelle H Zeehandelaar atau Stella (14 surat )
• Ny Ovink-Soer (8 surat)
• Prof dr GK Anton di Jena dan istrinya (3 surat )
• Dr N Andriani (4 surat )
• Ny HG de Booy-Boissevain (5 surat )
• Ir HH van Kol (3 surat )
• Ny N van Kol (3 surat )
• Ny RM Abendanon-Mandri (49 surat)
• Mr JH Abendanon (5 surat )
• EC Abendanon (6 surat )
• Suami-istri Abendanon (gabungan surat)
• Satu surat belum bisa disimpulkan penerimanya

Baca Juga: Dibalik Baunya yang Khas, Berikut 5 Manfaat Petai bagi Kesehatan

5. Pemikiran RA Kartini
Pemikiran milik RA Kartini mampu menarik banyak perhatian masyarakat masa itu, khususnya kaum Belanda. Mereka tertarik pada surat-surat yang ditujukan pada ke orang Eropa yang ternyata buah pemikiran wanita pribumi.

Pemikiran RA Kartini mampu menggantikan pandangan masyarakat Belanda pada wanita pribumi di masa itu. Merekapun angkat topi atas pemikiran Kartini. Kartini dikagumi tidak hanya di dalam negeri, melainkan hingga ke seluruh penjuru negeri.

6. Buku RA Kartini
Surat-surat yang selama ini sudah terkumpul oleh J.H. Abendanonlah yang kemudian menjadi cikal bakan pencetakan buku dengan tajuk awalnya “Door Duisternis tot Licht”.

Kemudian judulnya diterjemahkan menjadi “Dari Kegelapan Menuju Cahaya” tahun 1922 oleh penerbit Balai Pustaka, buku ini diterbitkan hingga 5 kali. Yang menarik pada buku ini, pada cetakan kelima terdapat lampiran surat-surat Kartini.***

Editor: Emis Suhendi


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x