Usai Ikuti Serbu US Capitol, Para Karyawan Hadapi Reaksi Keras di Tempat Kerja

- 9 Januari 2021, 21:47 WIB
Polisi berjaga di Gedung Capitol AS.  Situasai di Amerika Serikat tengah memanas di detik-detik Donald Trump kehilangan kekuasaannya. Pedukung Donald Trump secara arogan menyerang dan menyerbu gedung parlemen AS, US Capitol, pada Rabu, 6 Desember 2021 waktu setempat.
Polisi berjaga di Gedung Capitol AS. Situasai di Amerika Serikat tengah memanas di detik-detik Donald Trump kehilangan kekuasaannya. Pedukung Donald Trump secara arogan menyerang dan menyerbu gedung parlemen AS, US Capitol, pada Rabu, 6 Desember 2021 waktu setempat. /Twitter.com/@JoshNBCNews via Pikiran-Rakyat.com/


MANTRA PANDEGLANG - Sebuah perusahaan percetakan di Maryland memecat seorang karyawan yang ikut bergabung pada aksi di aula US Capitol pada Rabu malam, 6 Januari 2021.

Dan ternyata bukan hanya karyawan percetakan itu saja yang lainnya pun akan menghadapi dampak yang sama di tempat kerja akibat telah ikut partisipasi mereka dalam kerusuhan Rabu di Capitol AS.

Beberapa pemilik bisnis dihancurkan dan perusahaan mereka diboikot, sementara karyawan biasa di bisnis lain dipecat.

Baca Juga: China akan Berikan vaksin Virus Corona kepada Warganya Secara Gratis

Baca Juga: Sedang Berlangsung Sinetron Ikatan Cinta Episode 113-114, Miss Kiki Bahagia Dapat Restu Mama Rendy

Perusahaan percetakan, Pemasaran Langsung Navistar, menolak menyebutkan nama pekerja tersebut tetapi mengatakan tidak dapat menawarkan pekerjaan kepada orang-orang yang “menunjukkan perilaku berbahaya yang membahayakan kesehatan dan keselamatan orang lain”.

Lebih dari 90 orang telah ditangkap sejak Rabu ketika loyalis kepada Presiden Donald Trump yang keluar mengganggu anggota parlemen ketika mereka bertemu untuk mengonfirmasi hasil Electoral College dan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden.

Orang-orang di media sosial telah mencoba mengidentifikasi perusuh yang difoto atau difilmkan di Capitol Rabu, menekan perusahaan yang mempekerjakan mereka untuk memecat mereka.

Di sebuah perusahaan analitik data di pinggiran kota Chicago, karyawan yang dimaksud adalah bos teratas. Cogensia memecat CEO Bradley Rukstales Jumat malam karena partisipasinya dalam kerusuhan tersebut.

"Keputusan ini dibuat karena tindakan Rukstales tidak konsisten dengan nilai-nilai inti Cogensia," kata penjabat CEO baru Joel Schiltz dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari CNA.

Halaman:

Editor: Emis Suhendi

Sumber: CNA


Tags

Terkini

x