Pemerintah Baru Yaman Disumpah, Akhiri Perselisihan Selama Berbulan-bulan

- 27 Desember 2020, 09:00 WIB
Pemerintah persatuan baru Yaman dilantik pada hari Sabtu di hadapan Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi di Riyadh. (Kantor Berita Saba)
Pemerintah persatuan baru Yaman dilantik pada hari Sabtu di hadapan Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi di Riyadh. (Kantor Berita Saba) /

MANTRA PANDEGLANG - Pemerintah persatuan baru Yaman dilantik pada hari Sabtu, yang mana sebelumnya Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi di Riyadh telah menutup selama berbulan-bulan terjadi kekerasan dan perselisihan politik di provinsi selatan Yaman yang melemahkan blok anti-Houthi.

Pelantikan dipimpin oleh Perdana Menteri Maeen Abdul Malik Saeed, pemerintahan baru terdiri dari 24 menteri, mewakili kekuatan politik utama di Yaman, termasuk Dewan Transisi Selatan (STC) yang kuat.

Untuk menetapkan prioritas pemerintah baru, presiden Yaman bertemu dengan para menteri setelah upacara, dimana ia memerintahkan mereka untuk memusatkan perhatian dan upaya mengatasi kesengsaraan ekonomi termasuk mengelola mata uang yang jatuh, meningkatkan pendapatan dan mengalahkan Houthi, kantor berita resmi SABA melaporkan.

Baca Juga: Jadwal Acara NET TV Hari Ini, Mingguu 27 Desember 2020

Hadi mengatakan kepada para menteri bahwa Yaman menggantungkan harapan pada pemerintah ini untuk memulihkan perdamaian dan stabilitas di provinsi-provinsi yang dibebaskan, menghidupkan kembali badan-badan pemerintah dan menyatukan pasukan untuk menghadapi Houthi yang didukung Iran.

“Kami menginginkan kebangkitan institusi, pemulihan ekonomi, pemulihan keamanan dan konfrontasi kudeta. Singkatnya, inilah yang menanti Anda, ”kata Hadi.

Hadi juga menjanjikan dukungan penuh dan akan melakukan pemecatan pada menteri yang tidak efektif.

Berbicara kepada para menteri pertahanan dan dalam negeri, Hadi mengatakan bahwa pemerintah baru bertanggung jawab untuk menggabungkan dan melucuti faksi, membuat mereka di bawah kendali negara dan menempatkan komponen keamanan dan militer yang tersisa dari Perjanjian Riyadh.

Baca Juga: Jadwal Acara TV di RCTI Hari Ini, Minggu 27 Desember 2020: Ikatan Cinta Tayang Malam Ini

“Kami ingin ibu kota sementara Aden bebas dari semua unit militer. Jasa keamanan harus menjalankan tugasnya. Kami tidak ingin konflik setelah hari ini. Tidak ada lagi darah. Musuh kami adalah Houthi, ”katanya.

Dalam pertemuan tersebut, Hadi berterima kasih kepada Arab Saudi karena telah membuka jalan bagi implementasi Perjanjian Riyadh, mengungkapkan harapan untuk bailout baru dari Kerajaan untuk menstabilkan ekonomi negara yang bermasalah.

Pada saat yang sama, perdana menteri yang baru mengatakan bahwa pemerintahnya sadar akan tantangan besar dan akan bekerja bersama sesuai dengan agenda yang ditetapkan oleh Presiden Hadi.

Baca Juga: Manajer Arsenal Mikel Arteta Sebut Arsenal Kurang Percaya Diri tapi Tak Jadi Masalah

Setelah berbulan-bulan mengalami kebuntuan politik, koalisi Arab mengumumkan pada 11 Desember bahwa partai-partai Yaman akan segera menerapkan pengaturan keamanan dan militer di bawah Perjanjian Riyadh, setuju untuk membentuk pemerintahan baru ketika pengerahan pasukan berakhir.

Di bawah pengawasan komite de-eskalasi Saudi di Yaman, ratusan pasukan militer dari bekas pemerintah dan STC meninggalkan daerah yang diperebutkan di provinsi selatan Abyan. Unit militer juga mundur dari Aden dan ditempatkan kembali di medan perang dengan Houthi.

Berita positif tentang pembentukan pemerintahan baru dan perkiraan kembalinya ke Aden telah mendorong riyal Yaman pulih terhadap mata uang asing. Penukar uang mengatakan kepada Arab News pada Sabtu sore bahwa riyal melonjak menjadi 720 terhadap dolar AS setelah tenggelam ke 920 beberapa minggu lalu, tak lama setelah para menteri mengambil sumpah konstitusional.***

Editor: Emis Suhendi

Sumber: Arab News


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah