Misteri Gunung Kawi, Tempat Pesugihan Paling Seram di Indonesia

- 5 Januari 2022, 20:50 WIB
Ilustrasi gunung Bromo
Ilustrasi gunung Bromo /sapto7

MANTRA PANDEGLANG - Berikut ini adalah tentang misteri Gunung Kawi tempat pesugihan paling seram di Indonesia.

Gunung Kawi merupakan daerah yang sering kita kenal dengan kemistisan nya, area ini terletak di sebelah barat Kepanjen tepatnya 53 km dari kota Malang.

Di Gunung Kawi ini ada berbagai situs mulai dari Pasareyan, Kraton Conteng, serta tempat pemujaan situs-situs lainnya.

Baca Juga: Shopee Rayakan 12.12 Birthday Sale bersama Seluruh Ekosistem dengan Peningkatan Kunjungan 6 Kali Lipat

Di Gunung Kawi ini juga terdapat makam tokoh penting yaitu Kanjeng Kyai Zakaria 2, atau juga dikenal sebagai Eyang Jugo, yang tempat ziarah nya terkenal hingga ke mancanegara.

Tak hanya itu, ternyata banyak juga orang yang berdatangan untuk ngalap berkah di area Pesarean Kawi ini.

Mereka datang untuk meminta pesugihan, berdoa, dan berziarah, sehingga hal ini secara tidak langsung membuat daerah tersebut makin ramai.

Apalagi dalam waktu-waktu tertentu Gunung Kawi sudah seperti pasar malam saja.

Eyang Jugo dulu adalah seorang Veteran atau Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia pada masa agresi Belanda 1.

Ia melarikan diri ke Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar.

Konon, sebelum masa kedatangan Eyang Jugo, masyarakat Kesamben banyak yang menderita kolera hewan ternak, mereka juga tak luput dari serangan penyakit itu.

Baca Juga: Cinta Nyi Roro Kidul Bertepuk Sebelah Tangan dari Sunan Gunung Jati, Benarkah? Cek Kisahnya Disini

Uniknya semenjak Eyang Jugo singgah di Kesamben, warga yang menderita kolera tiba-tiba sembuh, ternak mereka kembali sehat.

Sejak itulah sosok Eyang Jugo dianggap bisa mendatangkan tuah atau keberuntungan bagi orang lain, ia sangat dihormati masyarakat setempat.

Kabar mengenai Eyang Jugo lekas menyebar ke daerah-daerah lain, Padepokannya didirikan Eyang Jugo Kesamben sampai tidak memungkinkan lagi menampung murid yang ingin belajar padanya.

Akhirnya ia memerintahkan seorang muridnya yang bernama R Imam Sujono untuk membuka lahan baru di lereng Gunung Kawi.

Sejak pembukaan lahan baru yang difungsikan sebagai Padepokan itu kawasan Gunung Kawi tidak pernah sepi, setiap hari selalu ada orang yang hilir mudik di sana, mitos pesugihan Gunung Kawi bermulai dari situ.

Ketenaran Gunung Kawi sebagai tempat pesugihan sudah tersebar ke seantero negeri, terlepas dari benar tidaknya praktek tersebut, sejumlah orang yang datang ke petilasan Eyang Jugo menyampaikan perbedaan yang dialaminya sebelum dan sesudah mereka datang ke Gunung Kawi.

Dirangkum mantrapandeglang.com dari berbagai sumber pada Rabu, 5 Januari 2022 pendirian perusahaan rokok Bantul bermula dari kunjungan pemiliknya ke Gunung Kawi.

Ide untuk memulai bisnis salah satu rokok terbesar di Indonesia itu diklaim didapatkan setelah konglomerat Ohak Liong datang ke petilasan Eyang Jugo, sendiri saling Rople Absolion juga diceritakan pernah datang ke Gunung Kawi.

Sampai sekarang ada beberapa macam ziarah yang datang ke kawasan makam di lereng Gunung Kawi itu, ada yang datang seorang diri, bersama keluarga, atau malah datang kalau rombongan dengan jumlah besar.

Tujuan mereka juga berbeda-beda, ada yang khusus berdoa mengharapkan keberkahan, ada juga yang sekedar wisata.

Baca Juga: Terungkap! Inilah Misteri Gunung Sumbing, Sarang Genderuwo, Tempat Pesugihan hingga Tempat Rapat Para Wali

Mereka yang datang khusus untuk berdoa biasanya sudah menjadi langganan atau tidak hanya berkunjung sekali saja ke Gunung Kawi.

Masing-masing orang memiliki jadwal rutin ke petilasan Eyang Jugo itu.

Golongan ini biasanya terdiri dari orang-orang yang merasa mendapatkan berkah dari ziarah yang dilakukannya, entah berhasil bangkit dari kebangkrutan atau usahanya semakin berkembang.

Untuk masuk ke petilasan Eyang Jugo di lereng Gunung Kawi, pengunjung dikenai biaya masuk ada beberapa macam tarif yang bisa dipilih para peziarah.

Pihak pengelola juga menyediakan paket-paket khusus untuk syukuran yang akan diadakan oleh peziarah.

Sebenarnya tidak ada peraturan tertulis atau peraturan yang bersifat khusus mengenai hal-hal yang harus dipersembahkan peziarah ketika berkunjung ke Kawi.

Tetapi dalam kenyataannya banyak peziarah meyakini persembahan-persembahan itu penting bagi ritual setelah Eyang mereka pergi.

Ziarah yang doanya terkabul setelah melakukan sembahyang di Kawi biasanya menggelar syukuran di sana.

Mereka bisa memilih jenis makanan apa yang akan mereka pesan kepada pihak pengelola, mulai dari ayam besek, tumpeng kambing, bahkan sapi besek.

Ayam dibanderol harga rp85.000, sementara untuk satu ekor kambing bisa mencapai harga 15 juta Rupiah.

Selain paket makanan, pihak pengelola yang tidak lain ialah keturunan Eyang Jugo juga menyediakan fasilitas gelaran wayang kulit, sudah terkenal dikalangan pejarahan.

Apabila hajat atau Keinginan mereka terkabul, salah satunya ialah melakukan nadzar atau pelunasan gaji dengan menggelar pertunjukan wayang kulit.

Biaya untuk penyelenggaraan pertunjukan wayang kulit di Gunung Kawi dibanderol harga sekitar 3,5 juta setiap satu kali pentas dalam sehari.

Kadangkala ada beberapa kali pementasan wayang kulit, pementasan itu akan tetap digelar bahkan ketika tidak ada penonton sekalipun.

Diluar perdebatan benar tidaknya lebih ada yang ada di Gunung Kawi, yang jelas kawasan itu menjadi sumber penghidupan bagi warga setempat.

Banyak pemuda Kampung yang berprofesi sebagai calo jiarah, mereka menawarkan jasa sebagai pemandu, termasuk menawarkan keperluan ritual seperti mandi bunga, penginapan dan lain sebagainya.

Itulah misteri Gunung Kawi tempat pesugihan paling seram di Indonesia.***

Editor: Neng Siti Kulsum Ayunengsih


Tags

Terkait

Terkini