7 Trik Buat Orang Lain Suka dengan Anda agar Tak Dikucilkan Teman atau Rekan Kerja

- 15 Mei 2021, 15:00 WIB
Ilustrasi rekan kerja
Ilustrasi rekan kerja /. /PIXABAY/mwitt1337

MANTRA PANDEGLANG - Berikut 7 trik supaya orang lain suka terhadap Anda, dan tidak dikucilkan lagi rekan dan teman kerja.

Menjadi orang yang dikucilkan saat ada acara kumpulan dengan teman atau rekan kerja adalah hal yang menyebalkan.

Untuk itu Anda perlu tahu tentang 7 trik supaya orang lain suka kepada Anda hingga teman dan rekan kerja menyukai Anda.

Baca Juga: Streaming Gratis Nonton Film Girls From Nowhere Season 2 Sub Indo Episode 1-8, Berikut Linknya

Baca Juga: Nonton Anime Tokyo Revengers Episode 6 Subtitle Indonesia, Berikut Spoiler dan Link Streaming Anime Online

Membuat orang suka terhadap Anda bukanlah hal yang sulit. Anda bisa mengikuti trik dibawah ini:

1. Senyum

Dalam suatu penelitian University of Wyoming, sekitar 100 mahasiswi S1 melihat foto-foto seorang wanita lain dalam 1 di antara 4 gaya, yaitu senyum dalam posisi tubuh membuka, senyum dalam posisi tubuh menutup, tidak senyum dalam posisi tubuh membuka, dan tidak senyum dalam posisi tubuh menutup.

Hasilnya menengarai bahwa wanita yang ada dalam foto paling disukai ketika ia tersenyum, tidak tergantung kepada posisi tubuhnya – membuka atau menutup.

Dalam penelitian yang lebih baru, para peneliti di Stanford University dan University of Duisburg-Essen mendapati bahwa para mahasiswa yang berinteraksi satu sama lain melalui avatar merasa lebih positif tentang interaksi itu ketika avatar-nya menampilkan senyum yang lebih lebar.

2. Biarkan orang lain bicara

Para peneliti Harvard baru-baru ini mengungkapkan bahwa bicara tentang diri sendiri mungkin bisa memberi imbal, sama halnya dengan makanan, uang, dan seks. Secara umum, orang menghargai seorang pendengar yang baik.

Dalam sebuah penelitian, para peneliti meminta para peserta duduk dalam mesin fMRI dan menanggapi pertanyaan-pertanyaan tentang pendapatnya ataupun pendapat orang lain.

Para peserta diminta untuk membawa seorang teman atau anggota keluarga ke eksperimen dan pengiring itu duduk di luar mesin fMRI.

Dalam beberapa kasus, para peserta diberitahu bahwa tanggapan-tanggapan mereka akan dibagikan kepada teman atau kerabat. Dalam beberapa kasus lain, tanggapan mereka tidak diteruskan ke siapapun.

Hasilnya menunjukkan bahwa kawasan-kawasan otak yang berkaitan dengan motivasi dan ganjaran menjadi paling aktif ketika para peserta berbagi informasi secara publik, tapi juga aktif ketika mereka bicara tentang dirinya walau tidak ada yang mendengarkan.

Dengan kata lain, membiarkan orang lain membagikan satu atau dua kisah tentang hidupnya daripada kita sibuk bicara tentang kisah kita dapa memberi kenangan yang lebih positif kepadat interaksi.

Baca Juga: Nonton Anime Higehiro Episode 7 Subtitle Indonesia, Cek Link Streaming dan Pratinjau

3. Meluangkan Waktu dengan Orang yang Ingin Dijadikan Teman

Berdasarkan dampak paparan-kebiasaan, orang cenderung menyukai orang lain yang familiar dengan dirinya.

Dalam suatu contoh fenomena ini, para ahli psikologi University of Pittsburgh meminta 4 wanita untuk berpura-pura menjadi mahasiswi dalam sebuah kelas kuliah psikologi.

Masing-masing wanita itu hadir dalam kuliah dalam jumlah yang berbeda.

Ketika para peneliti menunjukkan foto 4 wanita itu kepada 130 mahasiswa, mereka menunjukan kedekatan yang lebih kepada wanita-wanita yang lebih sering mereka lihat di kelas walaupun tidak pernah berinteraksi dengan wanita-wanita itu.

4. Meniru Orang yang Bersama Kita

Strategi ini disebut dengan cerminan (mirroring) dan melibatkan peniruan tak kentara terhadap perilaku orang lain yang sedang bersama dengan kita.

Ketika berbicara dengan orang lain, cobalah meniru bahasa tubuh, gestur, dan ekspresi wajahnya.

Pada 1999, para peneliti New York University mendokumentasikan "dampak bunglon" yang terjadi ketika orang-orang secara tidak sadar saling meniru perilaku sesamanya. Peniruan itu membantu rasa menyukai.

Para peneliti meminta 72 pria dan wanita untuk mengerjakan tugas besama dengan seorang rekan.

Sambil direkam oleh para peneliti, rekan-rekan mereka (yang bekerja untuk para peneliti) ada yang meniru dan ada juga yang tidak meniru perilaku peserta.

Di ujung interaksinya, para peneliti meminta para peserta untuk menilai seberapa mereka menyukai rekan-rekan mereka.

Ternyata, para peserta lebih berkemungkinan mengatakan menyukai rekan mereka yang telah meniru perilaku si peserta.

Baca Juga: Twibbon Hari Keluarga Internasional 15 Mei 2021: Link Download Bingkai Foto International Day of Families

5. Percaya Diri dan Berenergi

Penelitian yang sama dengan di atas mendapati bahwa hal disukainya seseorang juga bergantung kepada "kecepatan dan energi pergerakan tubuh peserta" dan "keyakinan diri pergerakan-pergerakan tubuh itu."

Namun perlu dicatat bahwa "keaslian isi" dalam perkenalan diri oleh peserta juga berperan, tapi tanda-tanda nonverbal mungkin lebih berarti daripada yang kita duga.

6. Gaya Pakaian

Dalam sebuah penelitian kecil pada 2011 yang diterbitkan dalam jurnal European Journal of Personality terungkap bahwa orang yang ekstrovert dan berpusat pada diri sendiri dianggap sebagai lebih disukai.

Sebanyak 73 mahasiswa tingkat pertama di Jerman yang saling tidak mengenal bergantian memperkenalkan diri kepada kelompok.

Perkenalan hanya berlangsung selama beberapa detik, dan semua peserta menilainya menurut beberapa hal, misalnya, "Menurutmu, seberapa disukaikah orang ini?"

Para peneliti menggali lebih dalam untuk mengerti mengapa mereka yang ekstrovert dan orang-orang yang berpusat pada diri sendiri dianggap lebih disukai.

Ternyata, salah satu alasan dua kelompok itu dianggap lebih disukai adalah karena keduanya "memiliki penampilan yang lebih bergaya."

Baca Juga: Streaming Nonton Anime Boruto Episode 199 Sub Indo: Pertarungan Naruto vs Delta Berlanjut!

7. Bicara Dalam Nada Tinggi

Secara teknis, mungkin kita bisa melakukan kiat yang satu ini agar berhasil. Tapi, ternyata ini bukan semata-mata tentang apa yang kita katakan, melainkan bagaimana kita mengatakannya.

Dalam sebuah makalah 2014 yang diterbitkan dalam jurnal PLos ONE, terungkaplah bahwa pria dan wanita yang berbicara dalam nada yang lebih tinggi dipandang lebih disukai dan dipercaya.

Ada 320 peserta di Skotlandia yang diminta mendengarkan 64 orang berbahasa Skotlandia untuk mengatakan "hello", lalu para peserta diminta untuk menilai pembicara untuk ciri-ciri lain juga.

Michael Woodward menjelaskan temuan itu melalui Psychology Today, "Walaupun penilaiannya mungkin tidak sedemikian akurat, tapi kelihatannya konsisten."

Para peneliti mengamati adanya hubungan antara tinggi nada pembicara dan nilai-nilai yang diraihnya.***

Editor: Abdullah Mu'min


Tags

Terkait

Terkini