Berencana ke Gunung Semeru, malah Hilang di Gunung Salak, Pendaki ini Tersesat 3 Bulan dengan Cerita Mistis

15 Desember 2021, 12:15 WIB
Berencana ke Gunung Semeru, malah Hilang di Gunung Salak, Pendaki ini Tersesat 3 Bulan dengan Cerita Mistis /deskjabar.pikiran-rakyat.com

 

MANTRA PANDEGLANG – mencoba adrenalin dan keberanian bisa menggunakan apa saja, termasuk mendaki gunung yang banyak menyimpan mistis, salah satunya Gunung Salak hingga Gunung Semeru.

Gunung Salak merupakan salah satu gunung yang kini dikelola oleh Taman Nasional Gunung Halimun, dan dikelola sebagai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak sejak 2003

Untuk diketahui, Gunung Salak merupakan kompleks gunung berapi yang terletak di wilayah Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Baca Juga: Ciri-Ciri Rumah Makan atau Warteg yang Gunakan Pesugihan, Salah Satunya Berubah Rasa

Sementara Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan air laut (mdpl).

Selain keindahannya yang sangat memukau dan menyejukan jiwa, Gunung Salak maupun Gunung Semeru juga menyimpan misteri dan mistis, hal tersebut dialami sekelompok pendaki.

Puncak tertinggi Gunung Salak berada di 6°43' LS dan 106°44' BT dengan nama Puncak Salak I dengan tinggi 2.211 meter di atas permukaan laut.

Dibalik keindahannya, Gunung Salak pernah membuat beberapa kelompok pendaki di gunung tersebut tersesat hingga berbulan-bulan.

Baca Juga: 7 Kejadian yang Jadi Pertanda Kamu Miliki Kekuatan Supranatural, Salah Satunya Alami Dejavu

Salah satu kelompok pendaki yang pernah tersesat di Gunung Salak adalah kelompoknya mas Hadi, pendaki Gunung Salak 2009.

Sebelum berangkat untuk mendaki Gunung Salak, mas Hadi dan kelompoknya mempersiapkan segala kebutuhan mulai dari peralatan masak, makanan, sangkur dan logistik latinnya.

Setelah dirasa pas dan peralatan sudah di cek dan berfungsi dengan baik, mas Hadi dan kelompoknya berangkat mendaki Gunung Salak.

Namun perlu diketahui bahwa, setiap pendaki terutama yang sudah berpengalaman harus memiliki ilmu dasar bertahan di hutan seperti apa yang harus dilakukan jika logistik habis, dan lainnya.

“sebelum naik gunung, pasti membekali diri gue dengan bagaimana cara gue survive di dalam hutan, di alam liar,” ucap mas Hadi, salah satu pendaki Gunung Salak 2009 seperti dikutip mantrasukabumi.com dari video youtube @RJL 5 – Fajar Aditya yang di post pada Oktober 2020.

“gue bawa logistik, bawa peralatan. Namun jika logistik itu habis, gue cari tumbuhan-tumbuhan yang bisa dimakan dan hewan lain,” sambungnya.

Baca Juga: 5 Ciri-ciri Rumah Hasil Pesugihan yang Perlu Diemtahui, Salah Satunya Mewah Namun Menyeramkan

Logistik yang biasanya biasanya dibawa oleh pendaki termasuk pendaki Gunung Salak diantaranya air minum, roti, makanan ringan, minuman penghangat hingga makanan utama.

Makanan utama biasa dibawa pendaki termasuk pendaki Gunung Salak adalah sayuran, mie, telor dan lainnya termasuk peralatan masak yang simpel, khusus pendaki gunung.

Kembali ke cerita mas Hadi, pendaki Gunung Salak 2009 yang pernah hilang dan selamat bahkan sudah dibuatkan makam oleh keluarganya.

Berawal dari sekelompok anak sekolah yang sudah mengambil raport SMA, berencana untuk mendaki Gunung Semeru, namun untuk pemanasan, mereka mendaki gunung Gunung Salak terlebih dahulu.

Mereka adalah Hadi, Ishak, Aska, dan Angga. Ke empat remaja ini memang menyukai pendakian yang memacu adrenalin.

“awalnya memang kita suka mendaki,” ucap Hadi.

Dari perjalanan hingga ke lokasi pendakian berangkat dengan lancar tidak ada hal mistis yang dialami pendaki ini.

Mereka mendaki Gunung Salak selalu meninggalkan jejak, seperti mengikat ranting pohon menggunakan tali.

Hal ini mereka lakukan untuk menunjukkan jalur-jalur yang sekiranya mempermudah jalan untuk kembali turun gunung.

Baca Juga: Menguak Misteri Penggalan Kepala Sang Jawara Pajampangan Dibuang di Leuwi Tangkurak Sukabumi

“makanya gue tandai, biar nanti pas gue turun, oh kemarin kita lewat sini,” ucap Hadi.

Di malam pertama berjalan dengan normal, mendirikan tenda hingga menghangatkan badan, makan dan lainnya.

Kemudian menjelang pagi, Hadi dan kawan-kawan bangun untuk naik kembali dan melihat matahari terbit.

Namun ketika mau turun Gunung Salak, mulai ada kejanggalan seperti tali yang tadi diikatkan pada ranting pohon sebagai tanda, hilang.

Sampai ke percabangan, mereka menemukan dua cabang jalan yang tidak ada tanda tali yang diikat di ranting pohon tadi.

Mereka voting dan mengambil jalan ke arah kanan dan juga tidak ada tali yang diikat di ranting pohon.

Sejak itulah, mereka merasa benar-benar tersesat, namun Hadi tetap tenang dan tidak membuat rekan-rekannya khawatir.

“mau balik takut nyasar, mau dilanjutin juga tidak tahu ujungnya kemana”, ucap Hadi.

Walaupun begitu, mereka tetap tenang dan memilih melanjutkan perjalanan melalui jalur sungai dengan maksud sungai tersebut menuju ke pabrik air mineral di kaki Gunung Salak.

Namun setelah berlama-lama berjalan, pipa air yang menuju pabrik air mineral di kakai Gunung Salak tidak ditemukan.

“udah hampir malam juga, akhirnya memutuskan untuk buka tenda.” sambungnya.

Perbekalan mulai sedikit, dan memang rencana awal untuk mendaki Gunung Salak untuk satu hari saja.

Mulai malam, Hadi mendengar raungan hewan buas.

“Gua mendengar suara raungan hewan buas, entah macan atau apalah,” ucap Hadi.

Setelah pagi, mereka melanjutkan perjalanan untuk turun dari Gunung Salak namun sama seperti sebelumnya, tidak menemukan jalan turun.

Kemudian pada siang hari, ada kejadian janggal yang terlihat cukup aneh, sosok itu seperti monyet namun sangat besar, rambutnya panjang.

“gue melihat salah satu hewan yang lumayan aneh, berbentuk monyet namun gede banget,” sambungnya.

Kemudian menjelang magrib, mereka kembali buka tenda dan makan bekal yang tinggal satu kali makan lagi.

Saat malam, Hadi kembali mendengar suara mistis, namun bukan suara meraum seperti halnya yang dia dengar sebelumnya.

Itu adalah suara gamelan Sunda, seperti yang sering dilantunkan ketika orang Sunda sedang melakukan pernikahan.

“seperti musik Sunda,” ucapnya

Awalnya Hadi mulai merasa senang bahwa itu pertanda perkampungan sudah mulai dekat, karena musik tersebut pernah dia dengar saat ada pernikahan di dekat kostan dulu.

Namun ketika dia bertanya kepada salah satu temannya apakah dia juga mendengar musik tersebut, jawabannya malah dia tidak mendengar suara apapun, hanya suara jangkrik.

Salah satu temannya sudah mulai menyerah dan menyerahkan hidup sepenuhnya kepada tuhan yang maha Esa.

“disitu Aska cerita sama gue, dia sudah benar-benar menyerahkan hidupnya sama yang punya (Allah SWT),” pungkas Hadi.***

 

 
Editor: Andriana

Tags

Terkini

Terpopuler