Fakta Penglaris Kafan yang Perlu Diketahui, Mulai Diludahi Pocong Hingga Penyedap Masakan Berkomposisi Dosa

14 Desember 2021, 19:51 WIB
Ilustrasi Kain Kafan yang dijadikan penglaris bisnis /

MANTRA PANDEGLANG - Ketatnya persaingan bisnis kuliner membuat beberapa penjual menggunakan jalan pintas.

Tak ayal mereka memakai jasa makhluk gaib untuk melariskan jualannya, salah satunya dengan penglaris

Penglaris mulai marak di era kolonial sejak kemiskinan yang melanda sebagian masyarakat kelas bawah membuat mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang.

Baca Juga: 5 Gunung Paling Angker dan Menyeramkan di Jawa Barat, Salah Satunya Gunung Ciremai Kuningan dan Majalengka

Baca Juga: Misteri Nyai Roro Kidul Dibalik Keindahan Pantai Karang Hawu Cisolok Sukabumi yang Belum Diketahui

Bahkan diera persaingan modern seperti saat ini masih banyak orang yang menggunakan penglaris sebagai media mereka untuk mencari keuntungan.

Umumnya para penjual makanan akan pergi ke dukun atau 'orang pintar' yang mengerti mekanisme berbagai pelaris dengan makhluk gaib.

Dikutip mantrapandeglang.com dari buku Kisah Tanah Jawa pada Selasa 14 Desember 2021, berikut infomasi seputar penglaris kafan.

Pada umumnya tempat yang memiliki penglaris kafan ketika seseorang mengorder makanan via online atau membeli makanan di restoran yang ramai untuk dimakan dirumah, rasanya tidak seenak dan senikmat ketika makan di tempatnya langsung.

Konon katanya makanan tersebut telah diludahi oleh pocong sang pemilik kain kafan serta meneteskan cairan yang ada di hidung pada setiap masakan yang disajikan.

Caranya adalah dengan menggunakan potongan kain kafan jenazah yang meninggal pada hari-hari tertentu.

Biasanya pebisnis kuliner curang ini harus mencurinya makam orang yang baru saja meninggal. Selain mengambil kain kafan, mereka turut mengambil tanah kuburan untuk diberikan pada dukun nantinya.

Baca Juga: Misteri Ular Tak Berujung di Jalan Raya Lengkong Sukabumi

Dukun lalu memberikan kembali kain kafan dan tanah kuburan untuk si pebisnis kuliner.

"Tanah kuburan disebarkan di sekitar tempat usaha, sedangkan kain kafan disimpan dan digunakan setiap hari untuk direndam di air yang nantinya dibuat sebagai kuah masakan serta air minum yang akan disajikan pada pembeli,"

Secara tak kasat mata, cairan ludah dan lendir hidung itu berbau busuk seperti mayat. Namun, orang biasa tidak bisa menciumnya malah makanan tersebut akan terasa lezat bahkan membuat ketagihan.

Namun jika makanan tersebut dibawa pulang, makanan itu tidak akan bertahan lama.

Biasanya tempat yang menggunakan kekuatan pesugihan tersebut kurang pencahayaan atau remang-remang, namun nampak rumah pengunjung bahkan bisa sampai rela antre lama-lama.

Oleh karenanya untuk menghindari ludah pocong tersebut sebenarnya mudah, cukup berdoa dahulu sebelum makan bukan memfoto makanan. ***

Editor: Andriana

Sumber: Buku Kisah Tanah Jawa

Tags

Terkini

Terpopuler